Bigzure – Menuju bulan Ramadan, Kementerian Agama RI memanfaatkan metode hilal atau rukyat untuk menentukan awal Bulan Suci umat Islam. Dalam metode ini, visibilitas bulan sabit atau hilal yang terlihat pertama kali setelah fase bulan baru menjadi penentu kriteria. Artikel ini akan membahas pengertian hilal dan metode melihat posisinya sebagai penanda awal Ramadan.
Hilal, yang merupakan bulan sabit muda pertama yang dapat terlihat setelah konjungsi dan Matahari terbenam, memiliki bentuk seperti huruf U dengan posisi menghadap titik matahari. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa pengamatan hilal biasanya dilakukan pada hari ke-29 dari bulan Islam untuk menentukan pergantian bulan.
Jika hilal terlihat pada waktu maghrib, itu menandakan awal tanggal satu bulan berikutnya dalam penanggalan Hijriah. Sebaliknya, ketika hilal belum terlihat, pergantian bulan belum terjadi. Melihat hilal bukan tugas mudah karena bentuknya tipis, dan waktu terbatas membuatnya hanya dapat dilihat oleh orang yang ahli. Ahli biasanya menggunakan alat bantu seperti teleskop standar atau kamera CCD yang sangat sensitif untuk mempermudah pencarian hilal.
Perekaman cahaya hilal dilakukan dengan detektor yang terpasang pada teleskop, mengikuti perubahan posisi bulan di ufuk Barat. Dengan pengaturan yang benar, hilal dapat terlihat dalam keadaan tipis dan derajat yang rendah. Meskipun bisa dilihat dengan mata telanjang, pengamatan tanpa bantuan alat menjadi lebih sulit. Panduan ini akan memberikan wawasan lebih lanjut tentang cara memahami hilal dan melihatnya, serta teknik yang dapat digunakan, baik dengan atau tanpa alat bantu. Dengan demikian, menentukan awal Ramadan akan menjadi lebih mudah dan akurat.